Senin, 16 Agustus 2010

Renungan Pernikahan

Pernikahan adalah menyatukan 2(dua) individu yang berbeda.

Anda dan suami/istri Anda berbeda segala-galanya dan tidak ada yang sama.

Namun perbedaan ini justru bisa membawa rahmat dengan adanya kasih sayang.

Memang cukup sulit untuk berbicara tentang penyatuan, karena penyatuan artinya menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada, inilah pekerjaan yang tersulit, di dalamnya butuh pengorbanan baik pikiran, rasa, tenaga dan terkadang materi.


Permasalahannya adalah mengapa harus menyatukan?.

Jawabannya adalah karena Anda sendiri yang memilih ingin menyatu. Menginginkan untuk menyatukan minimal terdiri dari dua hal yang berbeda...yaitu Anda dan istri/suami Anda.


Pengorbanan identik dengan Pemberian.

Ketika Anda berkorban untuk istri/suami Anda..., sejatinya Anda adalah memberinya.

Anda memberikan rasa kepada suami/istri Anda, walaupun sebenarnya Anda mengorbankan perasaan Anda. Pengorbanan Anda mulia karena adanya keinginan untuk menyatukan, agar Anda merasakan kedekatan. Anda menjadi orang-orang yang dekat untuk suatu tujuan.


Bukankah alam semesta bekerja dengan saling memberi untuk kelangsungan kehidupan?. Sebagaimana matahari memberikan sinarnya kepada bumi, tanah memberikan pijakan kepada apa yang ada diatasnya, tumbuhan memberikan daun dan buahnya kepada tanah. Pemberiannya dalam kerelaan. Dengan pemberian itu akan muncul kehidupan-kehidupan baru, jiwa-jiwa baru yang tenang, penuh semangat dan penyatuan. Tidakkah kita ingat bahwa Allah SWT adalah Maha Pemberi!.


Inilah siklus kehidupan...,

Saling mengasihilah selalu, tapi jangan jadikan cinta sebagai belenggu.

Biarkan cinta bergerak bebas bagaikan gelombang yang lincah mengalir

antara pantai kedua jiwa dengan kerelaan.

Bernyanyi dan menarilah bersama dalam segala suka dan duka,

dan jangan lupa untuk menyisakan ruang bagi masing-masing untuk menghayati kesendiriannya. Tidak selamanya harus menyatu, ada kalanya kita harus sendiri dan butuh kesendirian.


Tidakkah kita ingat bahwa perbedaan awalnya adalah kesendirian?. Dan kemudian ia menyatu. Itu semua seolah-olah menyatu...tetapi hakekatnya semua itu diciptakan dari individu-individu yang berbeda. Mereka membutuhkan ruang dan waktu untuk menghayati kesendiriannya.


Berikan hatimu namun jangan menguasainya. Anda berdua mempunyai dua kekuatan yang sama besar yang saling menopang satu sama lain dan Anda membutuhkannya.

Tegaklah sejajar, namun jangan terlampau dekat, karena pilar-pilar istana tidak dibangun terlalu rapat. Lihatlah pohon jati serta pohon cemara, masing-masing tidak pernah tumbuh di bawah bayangan yang lain.


Pernikahan adalah penyatuan hal-hal yang berbeda untuk saling memberi demi kelangsungan kehidupan yang lebih baik.


Nuryadi

Metro TV

Rabu, 11 Agustus 2010

ANDA ADALAH SEORANG PENGAJAR

Sebuah perenungan tentang mengajar yang penulis kutip dari karya Khalil Gibran:


Tidak ada seorang yang dapat menanamkan pelajaran,sebelum ia sendiri terjaga di fajar pengetahuan.

Seorang guru yang berjalan di antara murid-murid di keteduhan padepokan bukanlah orang yang mampu memindahkan pengetahuan, melainkan hanya sekedar menyemaikan keyakinan dan kasih sayang.

Bagi orang yang berilmu, mereka tidak akan pernah meminta kalian memasuki gudang perbendaharaan itu, melainkan hanya sekedar membimbing ke depan pintu penalaran.

Para astronom mungkin bicara tentang pengertian ruang angkasa, namun ia tidak dapat memindahkan pengertiannya sendiri kepada kalian, melainkan hanya sekedar membuka pintu penalaran.

Begitu pula halnya burung pengetahuan tidak pernah meminjamkan sayapnya pada gagasan orang lain, sebagaimana seorang manusia tegak sendiri di hadapan pengenalan Tuhan. Demikianlah hendaknya kalian masing-masing bangkit sendiri dalam pengetahuan Tuhan dan Makna Semesta.

Makna bagi Para Pengajar (Guru, Orang Tua dan Diri Kita) :

  1. Hendaknya pengajar selalu terjaga di Fajar Pengetahuan. Dirinya terus tersinari dan berada di Fajar Pengetahuan, bahkan terus bersinar dengan pengetahuannya untuk bisa menyinari yang lain.
  1. Seorang pengajar bukanlah orang yang mampu memindahkan pengetahuan, melainkan hanya sekedar menyemaikan keyakinan dan kasih sayang, agar tumbuh benih-benih keyakinan dan kasih sayang.
  1. Para pengajar tidak dapat memindahkan pengertiannya sendiri, melainkan hanya sekedar membimbing sampai ke depan pintu penalaran. Pengetahuan akan terus berkembang seiring dengan berkembangnya alam semesta, oleh karena itu dibutuhkan penalaran-penalaran yang benar dan berkembang, bukanlah hanya sekedar doktrin yang dipaksakan.
  1. Seorang pengajar hanya sekedar membuka pintu-pintu penalaran pengetahuan agar diri kalian bangkit sendiri dalam pengetahuan Tuhan dan Makna Semesta. Hendaknya kita masing-masing bangkit dalam fajar pengetahuan dan mengembangkan pengetahuan dengan penalaran yang lebih berkembang menuju Pengetahuan tengtang Tuhan dan Makna Semesta


Nuryadi

D E T I K, HITUNGAN WAKTU YANG DAHSYAT

“Di dalam peristiwa (kejadian) ada waktu, di dalam waktu ada peristiwa. Waktu dan peristiwa berjalan seiring. Hingga waktu dalam hitungan 0 (nol) detik dalam ilmu Fisika, terdapat peristiwa di sana. Sebuah hitungan waktu yang terasa kecil atau sebentar oleh kita, namun detik demi detik yang kecil ini membuat banyak perubahan, dapatkah kita melihat perubahan itu?”

Hitungan Detik
Betapa besarnya harapan yang tergulir dalam hitungan waktu ketika seseorang sedang berharap. Namun seiring melemahnya harapan kita, melemahnya pula perhatian kita terhadap waktu, dimana waktu tetap bergulir tetapi kita masih diam di tempat atau tidak ada perubahan besar yang lebih bermanfaat dalam kehidupan kita.

Bigday – Hari adalah satuan waktu. Sama halnya dengan satuan-satuan yang dipakai untuk mengukur Besaran Dasar dalam ilmu Fisika, yang dikenal dengan satuan Sistem Internasional d’Unites, disingkat Si. Waktu adalah salah satu dari tujuh buah besaran dasar berdimensi (panjang, massa, waktu, arus listrik, Suhu termodinamika, intensitas cahaya, dan grammolekul).

Hari mempunyai ketetapan ukuran yang telah disepakati. Di bumi kesepakatan besarnya 1 hari adalah 24 jam atau 1440 menit atau 86.400 detik. Ketetapan ini mengikuti hukum alam yang berlaku, yaitu rotasi bumi pada porosnya.

Detik dalam Olahraga dan Peristiwa
Dalam bidang olahraga perhitungan detik sangatlah menentukan seperti lari cepat (sprint) dalam athletic dan Renang, dapat mencatat rekor cepat terbaru. Formula-1 (F1), MotoGP, timeout dalam basket bahkan countdown dalam peluncuran pesawat ruang angkasa dan lain-lainnya, semuanya memperhitungkan detik, perhitung detik yang sangat menentukan. Bahkan dalam dunia desain ketika kita membuat motion graphic, hitungan detik sangat menentukan dalam motion dan layoutnya.

Bagi manusia, hari ternyata bukan hanya suatu satuan ukuran biasa, ternyata tiap hari akan menjadi suatu besaran tersendiri yang memerlukan ukuran lain. Detik tiap detik mengalir, menjadi hitungan menit, jam, hari, bulan, tahun dan seterusnya. Detik bagaikan bola salju yang berguling. Bukan ukuran volume hari yang dapat membengkak menjadi besar atau mengerut, melainkan besar dan kecil dalam pemaknaannya.

Detik yang Tersembunyi
Mulai kita masuk dalam pemaknaan setelah kita mengetahui besaran waktu dalam hidup kita. Ukuran makna berbeda dengan besaran fisik. Tidak ada suatu kesepakatan yang bisa dipakai untuk mengukur hal itu, dan mungkin tidak akan bisa. Karena makna hanya ada dalam pikiran, suatu benda yang intangible (tak berwujud). Dan setiap manusia mempunyai pemikiran dalam penilaian yang berbeda-beda. Dan untuk dapat menikmati hidup, hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang menjalaninya dalam penuh kesadaran, kesadaran setiap saat.
1. Gelombang Theta
Tahukah kita, pada saat kita bermimpi, otak kita terjadi gelombang theta dengan putaran 3,5 – 7 cycles per second (cps), ditandai dengan gerakan bola mata yang cepat. Mimpi membuat sebuah cerita yang terasa lama sekali, padahal pada hakekatnya hanya berlangsung dalam hitungan detik saja. Hal ini bermakna bahwa satuan waktu yang dipakai orang yang bermimpi berbeda dengan satuan waktu yang terjadi saat di tersadarkan. Bukankah waktu ribuan tahun di dunia, hanyalah sekejap mata saja menurut ukuran akhirat. “Celupkan tanganmu ke dalam lautan,” saran Nabi ketika ada sahabat yang bertanya tentang perbedaan dunia dengan akherat, “air yang ada di jarimu itulah dunia, sedangkan sisanya adalah akherat.

2. Déjà Vu
Kata Déjà Vu berasal dari bahasa Perancis yang artinya pernah melihat. Yaitu perasaan bahwa seseorang pernah mangalami suatu situasi tertentu pada masa lalu, meskipun orang yang bersangkutan memiliki ingatan sadar tentang hal tersebut. Déjà Vu datang secara spontan, tiba-tiba dan tanpa ada tanda-tanda terlebih dahulu. Suatu kali kita sedang berjalan-jalan di sebuah taman, tiba-tiba saja kita merasa bahwa kita pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Kita akan bertanya-tanya, mungkinkah kita sedang memasuki kembali sejumlah stimulus indriawi atau perasaan yang berasal dari mimpi yang terlupakan atau dari kehidupan masa lalu? Yang jelas kita pernah mengalami hal yang serupa itu, tetapi dimanakah kesadaran kita pada saat itu?

Detik dan Kesadaran
Ada dua jenis kesadaran, kesadaran makro dan mikro. Kesadaran makro adalah menyadari mengenal diri, “Siapa kita, dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup dan kemana kita akan pergi?”. Kesadaran mikro adalah kesadaran dalam keseharian kita. Disini kita menyadari sepenuhnya apa yang sedang kita lakukan, pikirkan dan rasakan. Namun kita banyak yang tidak menyadarinya. Banyak permasalahan yang kita hadapi terjadi semata-mata karena ketidaksadaran kita, saat kita melakukannya. Kita baru sadar setelah ada orang terluka hatinya atas perkataan kita, kita baru sadar setelah anak kita terluka dan menangis karena cubitan dan tamparan tangan kita, ada sebuah efek yang terjadi disana yang membuat kita tersadar. Tetapi kesadaran kita terjadi setelah terjadi perbuatan yang melukai anak kita. Jangan biarkan keterlambatan kesadaran ini membuat efek yang lebih besar lagi dalam kehidupan kita.
Menyadari perasaan yang muncul setiap waktu merupakan kunci keberhasilan kita dalam hidup. Begitu kita marah, sadarilah bahwa kita sedang marah. Begitu kita sedang tergoda (uang, kekuasaan, maupun wanita) sadarilah bahwa kita sedang tergoda, janganlah kita terpedaya oleh keadaan yang membuat kita tidak dapat melakukan perubahan yang lebih bermanfaat (Ihya ‘Ulumuddin, al-Ghazali). Sadari dan akuilah perasaan itu. Inilah kesadaran tepat waktu. Dengan demikian kita dapat membunuh monster selagi ia masih kecil. Bukalah semua panca indera kita dan rasakanlah keberadaan kita. Kita akan banyak menemukanlah hal-hal yang baru dan percayalah, hidup kita akan jauh lebih indah.

Kita tidak dapat mundur ke masa lalu, kita hanya dihantui masa lalu. Kita senantiasa maju menuju masa depan. Semakin cepat kita maju, semakin jauh jarak tempuh kita, menuju masa depan. Kita tetap merasa muda, pada saat orang malas merasa tua. Kita senantiasa berubah, berevolusi (proses perubahan) dengan kerangka waktu, jauh lebih pendek dari evolusi alam.
Tentunya, evolusi yang kita harapkan adalah evolusi menuju perbaikan kualitas dan kuantitas. Kualitas iman yang semakin mantap, kualitas pribadi yang makin arif dan bersahaja, kualitas keluarga yang makin bahagia. Kuantitas dan kualitas ilmu yang makin bertambah, Kuantitas dan kualitas amal yang makin meningkat. Persahabatan dan jaringan kerja selayaknya terus bertambah. Ruang gerak kreatif dan inovatif seharusnya makin terbuka. Kebersihan jiwa yang ikhlas semestinya yang melandasi perjalanan ruang dan waktu kita.


Nuryadi, S.Sos.
Motion Graphic Designer Metro TV